Pernikahan Kristen (lanjutan)


3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!


7 Pebruari 2013

319. Pernikahan Kristen (lanjutan)
Kelima, pernikahan tidak boleh diceraikan. Sebagaimana telah disebutkan di atas, banyak pasangan akhirnya bercerai karena bermasalah. Kenyataan ini sungguh menyedihkan. Kepada beberapa pasangan yang pernikahannya bermasalah, penulis selalu menegaskan bahwa Allah tidak menghendaki perceraian. Namun, ada sebagian orang–termasuk mereka yang berlatar belakang teologi–memberikan pandangan yang berbeda. Argumentasi mereka terdengar sangat logis. Mereka berkata, “Memang sebaiknya pernikahan itu dipertahankan. Tetapi kalau tidak ada lagi jalan lain, jikalau perceraian merupakan solusi yang lebih baik, daripada terus-menerus menderita dalam pernikahan tersebut, maka apa boleh buat. Dengan terpaksa hal itu harus dilakukan. Sekalipun tentu dengan sangat berat hati.” Ada juga yang memakai ayat Alkitab untuk membenarkan perceraian. Ayat yang dikutip adalah perkataan Tuhan Yesus dalam Injil Matius, “Barangsiapa menceraikan istrinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah (Mat. 19:9).” Dalam ayat ini seakan-akan ada satu kondisi yang memungkinkan perceraian, yaitu perzinahan. Saya memiliki pandangan saya sendiri dalam hal ini. Bagi saya perceraian bukan merupakan solusi (yang lebih baik), malah sebaliknya menambah permasalahan. Misalnya, anak-anak menjadi terlantar. Saya pun tidak setuju perzinahan sebagai alasan dibolehkannya perceraian, walaupun Injil Matius mencatat hal itu.

---
Dikutip dari buku Bagaimana Kristen Berpacaran (Mangapul Sagala, 2011: hal. 56-57), seizin Literatur Perkantas.

Esok: Pernikahan Kristen (lanjutan)