3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk
Pertumbuhan Rohani Anda!
24 Mei 2013
379. Nafsu Birahi: Tempat Kerja yang Erotis (lanjutan)
Seksualitas sendiri adalah baik. Ini melibatkan dimensi-dimensi fisik,
psikologis, dan spiritual dari manusia yang diciptakan oleh Allah. Pastur
Fransiskan Richard Rohr mencatat bahwa seksualitas memastikan kita tidak pernah
melewatkan fakta kita sudah dipasangi sirkuit-sirkuit bagi relasi. “Sangat
penting bahwa kita tahu kita tidak lengkap, miskin, dan secara esensial sosial
sehingga Allah harus menciptakan suatu kekuatan hidup di dalam kita yang tidak
akan bisa dibungkam.”
Terangsang secara seksual itu normal, sehat, dan baik. Namun mengizinkan
rangsangan itu untuk menjadi suatu fantasi tentang suatu perselingkuhan seksual
dengan seseorang yang bukan pasangan pernikahan Anda berarti rangsangan itu
telah menjadi nafsu birahi, keinginan untuk memiliki orang lain. “Jika nafsu
seksual Anda tidak dituntun oleh rasa hormat akan kehormatan orang lain dan
menghargai kekudusan Allah, itu adalah nafsu birahi,” kata teolog John Piper.
Karenanya kuasa kehidupan ini harus diarahkan. Reformer Protestan, Martin
Luther dikenal berkata bahwa adalah satu hal seekor burung mendarat di tangan
Anda—Anda sulit menghentikan pikiran-pikiran yang merangsang muncul di kepala
Anda dari waktu ke waktu. Namun adalah satu lain lain untuk membiarkan burung
itu membangun suatu sarang di sana. Orang kudus dan dokter gereja yang agung,
Agustinus dari Hippo, menulis secara mendalam dan penuh wawasan tentang daya
tarik keberhalaan dari nafsu birahi dalam otobiografinya, The Confession. Ia
berkata nafsu birahi mengganggu manusia seutuhnya, mencampur aduk keinginan
mental dan fisik. “Begitu intens rasa senang itu sehingga saat mencapai
klimaksnya di sana hampir-hampir terjadi pemusnahan dari kesadaran mental;
gardu-gardu penjagaan intelektual kewalahan.”
---
Dikutip dari buku Taking Your Soul
to Work (Paul Stevens & Alvin Ung, 2012), seizin Literatur Perkantas.
Esok: Keserakahan: Keinginan Untuk Lebih
(lanjutan)