3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk
Pertumbuhan Rohani Anda!
23 Mei 2013
378. Nafsu Birahi: Tempat Kerja yang Erotis
Memikirkan Ulang Nafsu Birahi
Nafsu birahi secara umum dianggap sebagai suatu nafsu seksual yang intens
bagi seseorang yang lain. Perasaan-perasaan itu disertai oleh suatu keinginan
akan gratifikasi dan kegairahan. Dari suatu sudut pandang Kristen, kata dalam
bahasa Yunani Perjanjian Baru epithymia biasanya diterjemahkan sebagai “nafsu
birahi”, yang adalah suatu dosa seksual yang menyesatkan anugerah seksualitas
dari Allah. Seperti halnya dengan kesemua Tujuh Dosa Maut, nafsu birahi dimulai
sebagai suatu pikiran, suatu pembawaan, atau suatu sikap yang akhirnya
menyebabkan tindakan, termasuk percabulan, perzinahan, dan penyimpangan seksual
lainnya. Yesus berkata demikian: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di
dalam hatinya” (Mat 5:28).
Teman terdekat Yesus, rasul Yohanes, mengidentifikasi tiga cara yang
berlainan di mana nafsu birahi melepaskan energinya yang mengerikan:
•
Mengidamkan orang-orang yang berdosa, atau
keinginan daging
•
Keinginan mata
•
Membual tentang apa yang mereka miliki dan
lakukan (1 Yoh 2:16)
Di sini, Yohanes menyinggung bagaimana nafsu birahi saling terkait dengan
dosa-dosa maut lainnya. Nafsu birahi mirip dengan keserakahan karena
menciptakan suatu keinginan batiniah untuk memiliki benda-benda atau
orang-orang yang bukan milik kita. Nafsu birahi juga mirip dengan kesombongan
karena menghasilkan keinginan ke dalam untuk membual tentang diri sendiri.
Kombinasi keserakahan dan kesombongan—posesif dan berpusatkan diri
sendiri—membuat nafsu birahi menjadi musuh yang mematikan. Nafsu birahi tidak
tertarik untuk mencintai orang lain tetapi memperlakukan orang itu sebagai
sebuah tubuh. Ia sebenarnya hanya melayani diri sendiri. “Dalam merasakan nafsu
birahi terhadap orang lain, saya sebenarnya mencintai diri saya sendiri saja,”
kata Karl Olson, mantan presiden North Park Theological Seminary di Chicago.
“Orang lain menjadi suatu instrumen untuk memuaskan diri saya: mainan cemerlang
yang akhirnya menjadi usang dan tidak diinginkan.”
---
Dikutip dari buku Taking Your Soul
to Work (Paul Stevens & Alvin Ung, 2012), seizin Literatur Perkantas.
Esok: Nafsu Birahi: Tempat Kerja yang
Erotis (lanjutan)