3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk
Pertumbuhan Rohani Anda!
28 Mei 2013
381. Nafsu Birahi: Tempat Kerja yang Erotis (lanjutan)
Dengan meluasnya nafsu seksual dalam masyarakat kita yang sudah terlalu
panas secara seksual, mudah untuk melupakan bahwa nafsu birahi dimulai dengan
imajinasi, atau di dalam “hatinya,” seperti yang pernah dikatakan oleh Yesus
(Mat 5:28). Yang mengejutkan, beberapa bentuk nafsu birahi sangat halus.
Seorang teman Paul dari New York City mengamati:
Para wanita tidak kurang berdosanya dalam hal seksualitas, tetapi kita melakukan dosa itu dengan cara yang berbeda. Pria memiliki nafsu birahi, wanita yang menyebabkan mereka birahi. Kita tahu kita bisa melakukannya; kita suka saat kita bisa melakukannya; ini adalah kuasa. Pria harus mempelajari perbedaan antara rangsangan dan nafsu birahi, ketertarikan dan obsesi, nafsu birahi dan cinta kasih, sedangkan wanita harus belajar bagaimana berpenampilan menarik tanpa menyebabkan para pria birahi. Tugas kita jauh lebih sulit. Walaupun kita tidak bertanggungjawab akan tindakan pria-pria itu sendiri, kita seringkali menciptakan lingkungan tempat mereka hidup.
Hasil terburuk dari nafsu birahi bukan hanya berkurangnya harkat diri
sendiri dan orang yang kepadanya kita merasa birahi, tetapi, seperti yang
diketahui oleh semua orang Kristen yang telah bergumul dengan kecanduan
seksual, nafsu birahi pada akhirnya menyebabkan hilangnya keintiman dengan Allah.
Daya tarik nafsu birahi yang aneh—baik bagi pria dan wanita—sangat merusak
karena kesenangan sensual itu tampaknya begitu cepat berlalu dan sementara
dibandingkan dengan konsekuensi-konsekuensi nafsu birahi (keterasingan
spiritual) dan upah cinta kasih (keintiman dengan Allah). Jika dikatakan dengan
terus terang, apakah Anda mau memprioritaskan suatu klimaks seksual di atas
mengalami kasih Allah? Mungkin tidak.
---
Dikutip dari buku Taking Your Soul
to Work (Paul Stevens & Alvin Ung, 2012), seizin Literatur Perkantas.