3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!
28 Pebruari 2013
334. Menyingkap Bingkisan Berharga (lanjutan)
Pengujian kebenaran secara historis sungguh
unik bagi Kekristenan. Seandainya Yesus tidak
bangkit dari antara orang mati, Ia hanyalah seorang nabi palsu dan penipu yang
tidak akan diikuti oleh orang-orang yang rasional. Sebaliknya, jika Ia
sungguh-sungguh bangkit dari antara orang mati, peristiwa ini mengukuhkan
klaim-Nya yang radikal.
Mari kita pertimbangkan pengujian yang
menarik ini. Perhatikanlah, Yesus tidak menawarkan sejumlah bukti simplistik
yang dapat dipertanyakan penting atau tidaknya. Inilah yang kerap terjadi dalam
agama-agama lain yang mengklaim kitab sucinya sedemikian menakjubkan sehingga
pasti berasal dari Allah. Para penganut ajaran Mormon, misalnya, membuat klaim
yang serupa tentang Kitab Mormon: “Apabila kamu menerima hal-hal ini, aku
menganjurkan kamu untuk bertanya kepada Allah, Bapa Kekal, dalam nama Kristus,
apakah hal-hal ini tidak benar. Jika engkau bertanya dengan hati yang tulus,
dengan niat yang sungguh, dengan iman kepada Kristus, Ia akan menyatakan
kebenaran mengenai hal itu kepadamu dengan kuasa Roh Kudus. Dan dengan kuasa
Roh Kudus, kamu akan mengetahui kebenaran segala sesuatu.” Menurut para
pengikut Mormon, bila kita membaca Kitab Mormon dengan pikiran terbuka dan
memohon agar Allah menunjukkan apakah isinya benar, Ia akan meneguhkan
kebenarannya. Kita boleh jadi terkesan dengan pengaruh tulisan seperti ini dalam
kehidupan jutaan manusia, namun sikap skeptis terhadap cara pengujiannya dapat
dibenarkan. Satu-satunya yang dituntut adalah penilaian subjektif. Bagaimana
jika ada orang yang membaca Kitab Mormon dengan hati yang tulus, dengan niat
yang sungguh untuk mengenal kebenaran, dan percaya bahwa Kristus akan memberi
hikmat, tetapi kemudian justru yakin bahwa kitab ini tidak benar atau diturunkan oleh Allah?
---
Dikutip dari buku The Case for the Resurrection of
Jesus (Gary R. Habermas, Michael Licona, 2013), seizin Literatur Perkantas.
Esok: Menyingkap Bingkisan Berharga
(lanjutan)