Pernikahan Kristen (lanjutan)


3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!


12 Pebruari 2013

322. Pernikahan Kristen (lanjutan)
Dari ayat tersebut saya beranggapan Alkitab jelas menetapkan pernikahan haruslah dengan orang yang seiman. Sebaliknya, Alkitab melarang pernikahan dengan orang yang tidak seiman. Ajaran kesepadanan ini tidak dapat ditawar-tawar, yakni suami-istri berjalan seiring dan seirama dipimpin oleh Tuhan dan Roh yang sama dengan nilai dan norma-norma yang sama berdasarkan Alkitab.

Marilah kita lihat alasan-alasan mereka yang melakukan dan membenarkan pernikahan dengan orang yang tidak seiman. Ada beberapa alasan yang dapat kita catat di sini. Pertama, pernikahan justru dapat dijadikan sarana untuk memberitakan Injil dan kasih Allah. Alasan seperti ini pernah dimuat dalam sebuah majalah Kristen. Kedua, dari beberapa contoh pernikahan yang demikian ternyata pasangan itu kelihatan bahagia dan harmonis. Ketiga, lebih baik menikah walaupun dengan yang tidak seiman daripada menjadi perempuan tua (saya menggunakan istilah yang lebih halus di sini).

Apa tanggapan kita terhadap alasan-alasan tersebut? Untuk alasan pertama, saya menegaskan bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan atau menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk memberitakan Injil. Sering yang terjadi malah bisa sebaliknya, yaitu bukan orang lain dibawa kepada iman Kristen, melainkan diri sendiri yang ditarik kepada iman yang lain. Dalam Perjanjian Lama Allah dengan keras melarang umat-Nya menikah dengan orang lain yang tidak beriman kepada Allah YHWH. Demikianlah firman Allah tentang orang-orang Kanaan yang akan diserahkan oleh Allah kepada umat-Nya, Israel, “Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kau berikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kau ambil bagi anakmu laki-laki (Ul. 7:3).” Perhatikan alasan larangan tersebut di ayat 4: “sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, se-hingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memu-nahkan engkau dengan segera.” Hal yang menyedihkan inilah yang telah dialami oleh raja Salomo, anak Daud, yang sebenarnya dikarunia hikmat itu. Alkitab mencatat bahwa “ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het (1Raj. 11:1)” sekalipun sebenarnya Allah telah melarangnya. “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka (1Raj. 11:2).” Sebagai akibat pelanggaran itu Alkitab mencatat, “Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta…sebab ketika Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepa-da allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya (ayat 2, 4).”

Seorang hamba Tuhan pernah menggambarkan pernikahan dengan pasangan tidak seiman ini secara unik. Dia melukiskannya seperti dua orang yang sedang bertarik tambang, di mana yang seorang berdiri di atap rumah sedang yang seorang lagi berdiri di halaman rumah. Hamba Tuhan ini bertanya, “Menurut Anda siapakah yang mungkin jatuh, yang di halaman rumah atau yang di atap
rumah?” Lalu dia melanjutkan, “Kalau kita mengumpamakan pernikahan dengan yang tidak seiman bagaikan orang yang bertarik tambang tersebut, siapakah yang berdiri di atap rumah itu?” Saya kira kita semua mengetahui jawabannya.

---
Dikutip dari buku Bagaimana Kristen Berpacaran (Mangapul Sagala, 2011: hal. 59-61), seizin Literatur Perkantas.

Esok: Pernikahan Kristen (lanjutan)