Pernikahan Kristen (lanjutan)


3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!


13 Pebruari 2013

323. Pernikahan Kristen (lanjutan)
Apa tanggapan kita terhadap alasan kedua bahwa pasangan yang tidak seiman kelihatan berbahagia juga? Apa yang dimaksud dengan bahagia di sini? Berbahagiakah suami atau istri yang beriman dan mengasihi Yesus Kristus sementara pasangannya tidak mempercayai-Nya, malahan beribadah kepada allah lain? Demikian pula, jika kita membaca di media massa wawancara dengan pasangan-pasangan yang tidak seiman yang mengatakan mereka bahagia, apakah benar demikian? Apakah tidak mungkin mereka sedang menyembunyikan ketidakbahagiaan itu dengan menonjolkan yang baik-baik saja? Bukankah ada kecenderungan orang untuk tidak menunjukkan 'sampah' dan hal yang memalukan dalam kehidupannya? Saya bersyukur dapat beberapa kali bertemu dan berbicara dengan pasangan yang tidak seiman yang beberapa di antaranya artis terkenal ibukota. Mereka sangat mengharapkan dukungan doa agar suaminya segera diubahkan Tuhan sehingga mereka dapat menikmati kebahagiaan yang sejati. Berdasarkan hal-hal ini, biarlah kita tidak mudah percaya dengan berita di media massa yang mengatakan bahwa pasangan tidak seiman juga sungguh-sungguh bahagia. Yang terakhir, apakah alasan ketiga dapat dibenarkan? Apakah menikah dengan siapa pun lebih baik dari pada tidak menikah dan menjadi perempuan tua? Tentu jawabnya adalah tidak karena pada kenyataannya hal yang sebaliknya yang sering terjadi. Mereka yang menikah dengan orang yang tidak tepat malah menyesali pernikahannya dan merasa lebih baik tidak menikah karena akhirnya harus menanggung penderitaan.

Sekalipun kita tidak sepenuhnya memahami alasan terhadap larangan pernikahan campuran tersebut, ada satu alasan yang kuat untuk menolak dan menghindari hal itu, yakni firman Allah yang memerintahkan demikian. Semakin mempelajari betapa kompleksnya kehidupan ini di mana banyak hal tidak dapat dijelaskan secara logis, maka saya semakin meyakini satu hal: berpegang kepada firman Tuhan adalah yang terbaik.

---
Dikutip dari buku Bagaimana Kristen Berpacaran (Mangapul Sagala, 2011: hal. 61-62), seizin Literatur Perkantas.

Esok: Pernikahan Kristen (lanjutan)