Heningnya Penguburan (lanjutan)


3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!


21 Maret 2013
348.     Heningnya Penguburan

Dalam ketidaksengajaan kronologis antara program Herodes mem­bangun besar-besaran dengan mempekerjakan ribuan pemotong batu semasa pemerintahannya (dalam tahun 30 sK sampai tahun 64), dan ke­munculan ribuan osuarium yang dipahat dari jenis batu yang sama (batu kapur) yang darinya hampir semua bangunan di Bukit Bait dibuat ini­lah, kita menemukan jawab atas pertanyaan kita. Jumlah osuarium yang dibuat dari batu kapur bertambah secara dramatis selama satu abad masa pembangunan gedung-gedung terkait Bait di Yerusalem bukan karena adanya pergeseran teologis atau pengaruh asing, tetapi karena banyaknya para pemotong batu, penggalian, dan potongan batu yang terbuang. Per­tambahan penduduk kota dan penyebaran perkotaan serta pinggiran kota juga mendorong tingkat kepadatan tempat pekuburan. Singkat kata, akan lebih banyak anggota keluarga yang meninggal dapat dikuburkan dalam kuburan keluarga dalam bentuk osuarium daripada diletakkan saja dalam celah tembok atau lubang batu. Meskipun faktor-faktor ini terutama ber­laku di Yerusalem, pengaruhnya dapat diperhitungkan dari kemunculan osuarium di Yerikho dan tempat lainnya pada masa itu.

Inilah saat yang tepat untuk kita mengkaji ulang praktik penguburan dalam tradisi Yahudi purba. Pertama, penguburan dilakukan pada hari kematian, atau, jika kematian terjadi di petang atau malam hari, pada hari berikutnya. Mengetahui hal ini memberikan banyak rasa kesedihan ter­hadap beberapa kisah lain dalam Injil, yang sudah kita kenal akrab. Kita ingat misalnya tentang kisah janda dari kota Nain: “Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tung­gal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu” (Luk. 7:12). Anak laki-laki satu-satunya mati hari itu (atau petang hari sebelumnya). Kesedihannya sedang pada puncaknya ketika Yesus berjumpa dengannya. Kita ingat juga tentang seorang ayah yang putus asa, yang bergegas mengajak Yesus ke rumahnya, dengan berharap Ia dapat tiba tepat waktu untuk menyembuhkan putrinya yang sedang sekarat: “Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut” (Mat. 9:23). Ternyata, ketika mereka tiba, anak perempuan itu telah meninggal dan proses penguburan, lengkap dengan musik dan ratapan, sudah berlangsung.

---
Dikutip dari buku Hari-hari Terakhir Yesus (Ed. Troy A. Miller, 2010), seizin Literatur Perkantas.

Esok: Heningnya Penguburan (lanjutan)