Menyingkap Bingkisan Berharga (lanjutan)


3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!


11 Maret 2013

341. Menyingkap Bingkisan Berharga (lanjutan)
Tolok ukur untuk bahan bukti tidak mengharuskan kasus yang diajukan untuk suatu perkara bersifat tak terbantahkan. Kepastian 100%  seperti itu hanya mungkin dalam keadaan yang teramat langka. Sebaliknya, tolok ukur itu menuntut bukti melampaui keraguan yang masuk akal dalam kasus-kasus kriminal dan bukti yang membuat kebenaran tuduhan lebih mungkin daripada sebaliknya dalam kasus-kasus sipil. Jika ini tidak dimengerti, kriteria kita untuk pembuktian boleh jadi tidak realistis. Dengan memberlakukan ini untuk fakta mengenai Yesus, seorang pakar bernama Graham Twelftree, mengamati: “Suatu posisi ditunjukkan dengan terang apabila alasan-alasan untuk menerimanya ‘secara signifikan’ lebih berbobot daripada alasan-alasan untuk tidak menerimanya ... Ini menyisakan ruang abu-abu yang luas di mana posisi-posisi dinilai ‘mungkin’ atau ‘sangat mungkin’ ... Ditemukannya kebenaran historis (historicity) pada hakikatnya adalah posisi dasar (default) jika tidak ada yang lain. Artinya, kita tidak mempunyai cara lain yang masuk akal untuk menerangkan hadirnya sebuah cerita dalam teks.”  

Twelftree menetapkan tolok ukur untuk mempercayai bahwa sesuatu benar-benar dikatakan, atau sungguh-sungguh terjadi hanya ketika alasan-alasan untuk menerimanya secara signifikan lebih berbobot daripada alasan-alasan untuk menolaknya. Bila tidak ada teori-teori berseberangan yang masuk akal, ditemukannya kebenaran historis adalah posisi dasar (default).

Karena itu, ketika berbicara tentang pembuktian peristiwa sejarah apa pun, kita harus mengingat bahwa yang kita cari ialah apakah kita dapat menentukan terjadi atau tidaknya peristiwa itu dengan kadar kepastian yang masuk akal. Mengherankan juga, kebangkitan Yesus memiliki cukup banyak data pendukung, sehingga merupakan topik yang menarik bagi penyelidikan historis. Sungguh mengesankan, bahan bukti untuk peristiwa ini ternyata cukup kuat.

Perlu dikemukakan di sini, ada perbedaan antara mengetahui dengan kepastian historis yang masuk akal tentang kebangkitan Yesus dari antara orang mati dan hidup dengan keyakinan pribadi akan kebenaran iman Kristen. Dalam Roma 8:16 Paulus menuliskan, “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.” Orang Kristen memiliki Roh Kudus yang bersaksi kepada dirinya bahwa iman Kristen itu benar dan ia adalah milik Allah. Kepastian historis yang kita miliki mengenai kebangkitan Yesus hanya mengukuhkan bahwa Roh Allah benar-benar telah berbicara kepada kita.

---
Dikutip dari buku The Case for the Resurrection of Jesus (Gary R. Habermas, Michael Licona, 2013), seizin Literatur Perkantas.

Esok: Menyingkap Bingkisan Berharga (lanjutan)