3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!
6 Maret 2013
338. Menyingkap Bingkisan Berharga
(lanjutan)
Pembuktian tidak bertujuan mencapai “kepastian historis yang mutlak”
Dapatkah kebangkitan Yesus dibuktikan?
Jawabnya beragam tergantung pada definisi mengenai bukti. Ketika berhadapan
dengan peristiwa yang terjadi pada zaman kuno, seorang sejarawan berupaya mengambil
keputusan dengan semacam derajat kepastian historis. Ia tidak memiliki rekaman
video atau foto. Sebaliknya, ia menggunakan kriteria tertentu dengan
memanfaatkan data yang diketahui untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan.
Banyak peristiwa terjadi dalam jarak waktu
yang jauh ataupun dekat, sementara kita memiliki hanya sedikit atau tidak
memiliki datanya sama sekali. Kurangnya bahan bukti tidak berarti bahwa
peristiwa itu tidak pernah terjadi. Sebaliknya, hal itu hanya berarti bahwa kita
sulit melakukan verifikasi dari sudut pandang historis yang objektif. Akan
tetapi, ada pula alasan lain untuk meyakini bahwa suatu peristiwa benar-benar
terjadi, walaupun peristiwa itu tidak mempunyai bukti yang kuat secara
historis. Mari kita andaikan Bob mengklaim dirinya sebagai juara dalam
pertandingan gulat tingkat sekolah menengah di negara bagiannya. Kita tidak
mengenal Bob di sekolah menengah dan tidak mampu melakukan verifikasi terhadap klaim
ini. Kita juga tidak mengenal satu pun teman-teman sekolahnya dulu. Sekolah
menengahnya terbakar beberapa tahun lalu, sehingga catatan resmi dan piala
penghargaan untuk peristiwa itu turut habis. Laporan tahunan atau surat kabar
mana pun dari masa itu boleh jadi tidak tepat. Haruskah kita mempercayai Bob?
Kalau pengalaman kita dengan Bob menunjukkan bahwa ia seorang yang dapat
dipercaya dan tidak pernah berbohong sebelumnya, tentu ada alasan bagi kita
untuk mempercayai dia, khususnya bila tidak ada bukti sebaliknya.
Demikian pula, dapat dikemukakan bahwa
kita dapat meyakini terjadinya banyak peristiwa yang dikisahkan dalam Alkitab,
walaupun penelitian sejarah belum menghasilkan bahan bukti yang mengukuhkannya
melalui alat penggalian arkeologis atau pena sejarawan sekuler. Pada masa lalu,
Alkitab telah menunjukkan betapa kisah-kisahnya dapat dipercaya sejauh yang
telah diverifikasi. Lagi pula, Alkitab belum pernah digugat oleh data historis
yang solid. Karena itu, jika terdapat keraguan, keterangan Alkitab mestinya
diutamakan pada bagian-bagian yang tak dapat diverifikasi. Tentu saja, apabila
tidak ada bukti sebaliknya dan kelihatannya jelas bahwa penulis menghendaki
agar kita memahami peristiwa itu sebagai sejarah.
---
Dikutip dari buku The Case for the Resurrection of
Jesus (Gary R. Habermas, Michael Licona, 2013), seizin Literatur Perkantas.
Esok: Menyingkap Bingkisan Berharga
(lanjutan)