3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani
Anda!
10 April 2013
214. Dewa yang Hidup
(lanjutan)
Menarik untuk dicermati, demi melihat si lumpuh pulih, warga Listra
serta-merta berseru, “Dewa-dewa [Yunani: theoi, bentuk jamak dari kata dasar
theos] telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia” (Kis. 14:11).
Mereka menyangka theoi telah menjelma sebagai Paulus dan Barnabas. Mereka pun
hendak mempersembahkan kurban untuk keduanya. Paulus dan Barnabas masygul atas
tanggapan mereka dan menyanggah lantang, di antaranya, “Kami ada di sini untuk
memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini
dan berbalik kepada Allah [Yun.: theon, bentuk objek atau akusatif dari theos
dan bentuk tunggal dari theoi] yang hidup, yang telah menjadikan langit dan
bumi, laut dan segala isinya” (Kis. 14:13).
Jadi, keduanya memaklumkan satu Dewa yang berdaulat atas alam
semesta di depan umat pemuja dewa-dewi yang terbatas. Dalam bahasa Indonesia,
perkataan Paulus dan Barnabas pada hakikatnya bisa kita terjemahkan jadi “…
supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Dewa yang
hidup, ….” Dan sebetulnya perkataan Nekho II pun bisa saja kita terjemahkan jadi
“Dewa [Ibrani: elohim] memerintahkan aku supaya segera bertindak. Hentikanlah
niatmu menentang Dewa yang menyertai aku, supaya engkau jangan
dimusnahkan-Nya.”
Baik theos maupun elohim memang nama umum dalam bahasa Yunani
dan Ibrani atau Kanaan untuk ilah, dewa, sembahan, atau tuhan, yakni sosok
berkuasa yang mengatasi manusia. Karena merupakan nama umum, naskah Yunani dan
Ibrani Alkitab memakai theos dan elohim untuk menyebut Sang Ilah (Allah) dan
juga ilah-ilah lain (atau dapat pula kita katakan: Sang Dewa dan juga dewa-dewa
lain, Sang Tuhan dan juga tuhan-tuhan lain).
---
Dikutip dari
buku Tuhan Gunung atau Tuhan Alam
Semesta? (Samuel Tumanggor, 2011:
hal. 44-45), seizin Literatur Perkantas.
Esok: Dewa yang Hidup (lanjutan)