3 MENIT BACA
Langkah
Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!
23 April 2013
Iman di Saat Krisis
365. Injil adalah Kasih
Karunia dan Kebenaran
Menjadi “penuh kasih karunia dan kebenaran” bukanlah hal yang
mudah bagi kita. Masalah kita adalah kita biasanya hanya menekankan
salah satu dari kedua hal itu. Kita penuh dengan kebenaran dan mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang belum pernah ditanyakan; kita berkotbah kepada orang yang sesungguhnya
hanya ingin bicara; dan kita menurunkan derajat Injil menjadi suatu garis besar fakta.
Atau kita begitu penuh dengan kasih karunia sehingga kita tidak pernah mengambil risiko untuk
mengabarkan klaim Injil yang eksklusif sedemikian rupa sehingga orang dapat mendengar perbedaan
radikal kebenaran tuntutan injil dalam hidup kita.
Penting bagi kita untuk menyampaikan kebenaran sedemikian rupa
untuk memberi waktu yang cukup agar kasih karunia itu bekerja. Hal ini akan
terjadi ketika kita percaya bahwa Tuhan sudah bekerja terlebih dahulu dalam hidup
teman kita. Keyakinan ini jauh lebih penting daripada presentasi, pengetahuan, ataupun
pendidikan kita. Kasih karunia menolong kita untuk menunggu dan mendengarkan seseorang sampai kita
mengerti pertanyaan yang ada di balik komentar-komentarnya, merasakan rasa sakit di balik
protes-protesnya, atau melihat ruang di mana iman dapat bertumbuh.
Orang-orang yang mengatakan kebenaran pada saat yang tepat meyakini
bahwa hanya kekuatan Injil yang dapat menyentuh hati orang untuk
diselamatkan (Roma 1:16). Penyelamatan, yang merupakan isu utama Injil, adalah
pribadi, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Keyakinan kita akan karya-Nya harus
melebihi tendensi apa pun yang kita miliki untuk membuat ”kebodohan” Injil terdengar ”bijaksana”
(I Korintus 1:18-25).
Kabar baik apa yang berkuasa menyelamatkan, menyembuhkan, dan
mengubah hidup seseorang? Hal itu terikat pada pribadi dan pekerjaan Yesus.
Bukan kisah pertobatan saya yang menyelamatkan orang lain; kuasa Allah
yang ada dalam cerita saya yang melakukannya. Jadi, saat saya bersaksi tentang bagaimana saya
menjadi percaya, hal yang lebih penting dalam kesaksian saya adalah apa yang saya
percayai, yaitu Injil. Hal-hal khusus dalam cerita saya hanyalah latar dari sebuah kabar baik
yang tak ternilai harganya.
---
Dikutip dari buku Iman di Saat Krisis (Paul Tokunaga
cs., 2010: hal. 32-33), seizin Literatur Perkantas.
Esok: Kebenaran Injil