3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk
Pertumbuhan Rohani Anda!
21 Mei 2013
376. Keserakahan: Keinginan Untuk Lebih (lanjutan)
Mengatasi Keserakahan
Keserakahan, seperti semua pergumulan lainnya, adalah suatu indikasi bahwa
kita diciptakan bagi sesuatu yang lebih dari sekedar benda—kita diciptakan bagi
Allah sendiri. Kita diciptakan untuk bertahan hidup oleh kemurahan Allah dan
bergantung pada makanan dan minuman yang telah Allah berikan kepada kita.
Dengan cara praktis mana kita bisa mengatasi keserakahan dengan bergantung pada
pemeliharaan Allah?
1.
Menganggap belanja sebagai suatu disiplin
rohani: jangan beli barang secara impulsif, tanpa berpikir, atau hanya karena
bujukan wanita penggoda dalam iklan. Misalnya, kembangkan suatu daftar belanja
dengan bertanya kepada diri kita sendiri apa yang kita inginkan versus apa yang
kita butuhkan.
2.
Lawan panggilan si penggoda dalam iklan
yang mudah mempengaruhi: sadarilah bagaimana televisi adalah suatu pintu masuk
kepada ribuan pesan “belilah aku”, dan diskusikan dengan keluarga dan
teman-teman tentang nilai-nilai yang mendasari papan iklan dan iklan-iklan yang
membanjiri kita sehari-hari.
3.
Patahkan kuasa keserakahan dengan memberi.
Dalam suatu kotbah terkenal tentang “Kegunaan Uang”, pengkhotbah Metodis John
Wesley pernah berkata, “Peroleh sebanyak mungkin, tabung sebanyak mungkin, beri
sebanyak mungkin.”5
4.
Perlebar lingkup dan tujuan pekerjaan Anda
agar mencakup tanggungjawab sosial, yaitu, peduli terhadap pemangku kepentingan
secara luas dan bukan hanya pemegang saham. (Kisah Daniel Bakke, yang
diceritakan dalam bukunya, Joy at Work,6 adalah contoh yang bagus untuk hal
ini.)
Pada akhirnya, memanggil kita untuk mematikan pergumulan keserakahan yang
melemahkan jiwa, Allah mengundang kita untuk berespons kepada Roh Kudus yang
memberdayakan kita dengan kemurahan dan mengembangkan di dalam kita suatu
karakter yang memberi ketimbang mengambil. Keserakahan bukan semata-mata harus
dicerabut tetapi juga diusir dengan hadirat sesuatu yang lebih agung di dalam
hati—kemurahan Allah. Kemurahan seperti itu, yang diberikan oleh Roh Kudus,
mengubahkan kita menjadi orang yang meluap-luap dengan rasa syukur. Tidak lagi
dikobarkan oleh gairah untuk memiliki, kita mengalami kemerdekaan karena tahu
segala sesuatu datang dari Allah.
---
Dikutip dari buku Taking Your Soul
to Work (Paul Stevens & Alvin Ung, 2012), seizin Literatur Perkantas.
Esok: Nafsu Birahi: Tempat Kerja yang
Erotis