Mengapa Bantuan Tidak Akan Pernah Cukup (lanjutan)

3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!


12 Juni 2013
391. Mengapa Bantuan Tidak Akan Pernah Cukup (lanjutan)

Ketiga, bantuan dapat memberi kemampuan bagi pemerintahan negara dunia ketiga untuk mengejar agenda politik yang salah karena bantuan dalam bentuk dari pemerintahan ke pemerintahan. Dampak negatif dari kebijaksanaan seperti itu termasuk pengambil alihan tanah, ‘villagisation’ (pemindahan penduduk yang dilakukan oleh pemerintah) yang mengakibatkan pengurangan produksi pangan, subsidi maskapai penerbangan nasional, sampai ke pembersihan etnik yang biadab.  Pada Journal of the Institute of Economic Affairs, desember 2003 ditulis:

Kebanyakan bantuan berakhiran pada kebangkrutan pemerintah. Birokrasi lembaga bantuan nasional maupun internasional dan aliansinya seperti konsultan, kalangan akademik dan organisasi non-pemerintah, memiliki kepentingan terselubung dalam bisnis bantuan, sebagian besar dengan tanpa mengindahkan hasil kebijaksanaan.

Yang terakhir, para peneliti bidang ekonomi tidak menemukan hubungan yang meyakinkan antara bantuan dan pertumbuhan ekonomi . Sebagai contoh, bantuan ke Afrika meningkat terus sepanjang dekade 1990, dari 5% GDP sampai ke 17% GDP. Tetapi pertumbuhan ekonomi sendiri malah turun 2% ke angka nol atau tumbuh dengan nilai negatif (World Bank Development Indicators, 2003). Juga tidak ditemukan hubungan jelas antara bantuan dan pengurangan kemiskinan.

Bank Dunia memberikan estimasi bahwa 60% dari semua bantuan asing tetap berada  di dalam negara donor, dan digunakan untuk membiayai konsultan untuk membeli produk dalam negeri sendiri dan ongkos transportasi. Mantan perdana menteri India, Rajiv Ghandi mengatakan bahwa hanya kurang dari 15 sen dolar bantuan asing yang sampai ke tangan penduduk miskin yang dituju. Lembaga bantuan, NGO dan sektor filantropis di Amerika Serikat saja adalah industri annual sebesar USD 240 milyar. Ini adalah sektor ketiga dengan ketertarikan di bisnis bantuan yang sangat besar,  dengan pertaruhan uang dan kepentingan institusional.

---
Dikutip dari buku Fighting Poverty Through Enterprise: The Case for Social Venture Capital (Brian Griffiths & Kim Tan, 2011), seizin PT Suluh Cendikia.


Esok: Mengapa Bantuan Tidak Akan Pernah Cukup (lanjutan)