Sebelum Memuja Banyak Tuhan

3 MENIT BACA
Langkah Kecil untuk Pertumbuhan Rohani Anda!


1 Juli 2013
398.     Sebelum Memuja Banyak Tuhan
Apa yang dipertajam semua itu bagi kita tentang daulat atas semesta? Tak lain dari fakta bahwa pernyataan diri Sang Pencipta bersifat menyemesta dan tetap tertangkap oleh hati manusia berdosa sekalipun. Dosa telah menetak hubungan mesra bangsa-bangsa dengan Sang Pencipta tetapi tak pernah menetak kasih Sang Pencipta kepada bangsa-bangsa. Ia terus menyatakan diri kepada mereka, secara umum ataupun khusus. Itulah sebabnya bangsa Kanaan mengenal El dengan atribut-atribut Tuhan Pencipta yang demikian. Itulah juga sebabnya bangsa-bangsa lain mengenal satu Ilah Tertinggi atau Keberadaan Tertinggi dengan atribut-atribut serupa. (Beberapa contohnya akan segera saya kemukakan.)

Lantaran berdosa, manusia kerap berbuat makar terhadap pernyataan diri Allah. Jadi, kendati mengenal El, Sang Ilah Tertinggi, bangsa Kanaan tergelitik pula untuk memuja ilah-ilah lain. Makar mereka malah berlanjut dengan merupa patung-patung El, memitoskan bahwa El beristri, dan sebagainya. Dan mereka tidak sendirian berbuat begitu. Bangsa Arab purba, misalnya, memitoskan bahwa Allah, Ilah Tertinggi dalam panteon Kabah, berputri tiga: Lata, ‘Uzza, dan Manata. Bangsa Yunani purba memitoskan Zeus (seakar kata dengan Theos, Deus, Dios), Ilah Tertinggi dalam panteon Olimpus, sebagai anak Dewa Kronus dan Dewi Rea sehingga orang Yahudi penerjemah Kitab Suci dan para rasul Nasrani lebih memilih nama Theos daripada nama ini. Di Nusantara, bangsa Jawa kuno memitoskan Sang Hiang Tunggal, Ilah Tertinggi di kayangan, sebagai anak Sang Hiang Wenang dan suami Dewi Wiranti. Bahkan bangsa Israel purba sempat mengidentikkan Yahweh dengan patung lembu sapi buatan Harun, abang Musa, dan buatan Raja Yerobeam (lihat Kel. 32:1-6; 1Raj. 12:25-33).

---
Dikutip dari buku Tuhan Gunung atau Tuhan Alam Semesta?  (Samuel Tumanggor, 2011: hal. 55-56), seizin Literatur Perkantas.

Esok: Sebelum Memuja Banyak Tuhan (lanjutan)